Selasa, 09 Agustus 2011

GARAM, si asin yang bermanfaat



WIWIN EFRIZAL, SST Gizi
           
            Dalam sebuah legenda, dikisahkan tentang seorang raja yang mempunyai 2 orang putri yang cantik jelita. Kedua putri itu diasuh masing-masing oleh seorang inang yang menerapkan pola asuh yang berbeda. Putri tertua diasuh dengan penuh kemewahan sebagaimana layaknya seorang putri raja, sedangkan putri kedua diasuh dengan penuh kasih sayang sebagaimana layaknya masyarakat biasa. Ketika sang putri telah beranjak dewasa dan siap untuk menikah, maka Raja memanggil keduanya dan memberikan satu pertanyaan. Raja menanyakan seberapa besar kasih sayang dan cinta mereka kepada Sang Raja. Putri pertama menjawab bahwa kecintaannya kepada sang ayahanda laksana cintanya kepada emas berlian yang tak ternilai harganya. Betapa bahagia hati sang ayahanda mendengar jawaban putrinya.
Berbeda dengan putri pertama, putri kedua menjawab bahwa kecintaannya kepada sang ayahanda laksana cintanya kepada garam. Raja sangat terkejut mendengar jawaban putri kedua yang menyamakan cintanya dengan barang murahan yang dijual di pinggiran pasar. Raja sangat marah dan segera memerintahkan prajurit untuk mengusir putri kedua jauh ke dalam hutan.
Tahun demi tahun telah berlalu, tanpa terasa 10 tahun telah berlalu. Pada saat musim panas, Raja memutuskan untuk berburu ke dalam hutan. Karena mengejar seekor rusa yang lincah dan besar, Raja beserta rombongannya tersesat. Hari telah malam dan Raja memutuskan rombongan untuk berkemah di dalam hutan. Ketika hari telah gelap, salah seorang prajurit melihat sebuah cahaya lampu di balik kegelapan perpohonan. Raja segera memerintahkan untuk pergi ke arah cahaya tersebut, dengan harapan itu adalah cahaya dari sebuah rumah. Tanpa diketahui oleh Raja, ternyata yang memiliki rumah tersebut adalah putri kedua yang tinggal bersama inangnya.
Di dalam rumah, Raja disambut dengan ramah dan disajikan berbagai makanan yang terlihat sangat enak sekali oleh seorang nenek. Raja mencicipi makanan itu, dan segera mengeluarkannya kembali karena rasa makanan yang hambar. Melihat hal itu, nenek segera memberikan garam dan mempersilahkan kembali Raja mencicipi makanan tersebut. Setelah mencicipinya, Raja tersenyum senang dan memahami betapa berharganya sejumput garam. Ketika itu, muncullah putri kedua dan Raja memeluk sang putri dengan bahagia.
Legenda itu, menunjukkan kepada kita semua, bahwa garam memiliki arti yang besar dalam segi rasa dalam makanan. Tanpa garam, makanan terasa hambar dan tidak enak. Garam memberikan sensasi rasa asin yang bila diberikan dalam jumlah yang tepat dapat menggugah selera. Rasa asin merupakan salah satu dari 4 rasa utama, yaitu manis, pahit, asam dan asin.
Garam tidak hanya bermanfaat untuk memberikan sensasi rasa asin saja, tetapi juga bermanfaat bagi kesehatan tubuh atau sebaliknya dapat merugikan kesehatan tubuh. Garam diolah dari kandungan garam di laut yang dengan proses pemanasan menjadi butiran kristal garam dan selanjutnya dicuci sehingga menghasilkan garam yang bersih dan putih. Karena pertimbangan garam dipergunakan oleh seluruh kelompok umur dan lapisan masyarakat, maka pemerintah memperkaya garam dengan menambahkan Yodium ke dalam garam. Yodium ini bermanfaat memenuhi kebutuhan tubuh terhadap yodium guna memproduksi hormon tiroksin yang berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan serta proses-proses kimia di dalam tubuh.
Kekurangan yodium di dalam tubuh dapat menimbulkan penyakit gondok, keguguran dan kebodohan. Anak yang dalam masa kandungan mengalami kekurangan yodium dapat menjadi lebih bodoh dan idiot, yang dikenal dengan Kretin. Demikian pula pada anak-anak yang dalam masa pertumbuhan mengalami kekurangan yodium akan terhambat pertumbuhannya dan tingkat kecerdasannya akan lebih rendah dari anak seumurnya.
Yodium yang diberikan pada garam, sebenarnya hanya terdapat pada lapisan luarnya saja, sehingga diharapkan garam yang dipakai sebaiknya garam halus. Semakin halus garam tersebut, maka semakin banyak yodium yang dapat melapisi bagian luarnya. Oleh karena itu, dianjurkan agar menggunakan garam halus untuk dikonsumsi di tingkat rumah tangga.
Yodium yang dilapiskan melalui penyiraman pada garam mempunyai sifat yang mudah untuk menguap atau larut, apalagi bila garam mencair karena pemanasan atau basah. Oleh karena itu, penyimpanan garam yang baik menjadi salah satu hal penting dalam menjaga kadar yodium dalam garam. Pengemasan garam yang baik, akan membuat garam tidak terpapar secara mudah oleh oksigen atau molekul udara lainnya, sehingga molekul yodium masih tetap bertahan di lapisan permukaan garam.
Garam dapur yang memiliki istilah kimia, Natrium Clorida, diperkirakan memiliki pengaruh untuk menekan pembuluh darah, sehingga garam tidak disarankan tidak terlalu banyak dikonsumsi oleh mereka yang mempunyai penyakit hipertensi atau darah tinggi. Selain itu, garam juga dianjurkan untuk tidak dikonsumsi oleh mereka yang menderita penumpukan cairan, baik di daerah perut maupun di kaki atau tungkai atau di beberapa organ lainnya. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, garam pada masa sekarang tidak hanya berasal dari Natrium Clorida saja, tetapi dibuat dari Kalium Clorida yang mempunyai cita rasa sama dengan NaCl, tetapi tidak memberikan efek meningkatkan tekanan pada pembuluh darah.
Garam tidak dibutuhkan dalam jumlah besar oleh tubuh, tetapi cukup dengan mengkonsumsi garam 6 gram sehari atau setara dengan 1 sendok teh, tubuh kita telah menjadi sehat. Walaupun jumlahnya terbilang sedikit, garam yang memberikan rasa pada makanan sangat dibutuhkan, karena selera makan dirangsang dengan adanya 4 rasa utama di lidah, termasuk asinnya rasa garam. Cara mendapatkan garam juga sangat mudah, karena kita di kelilingi oleh lautan yang mengandung kadar garam yang tinggi. Dengan sedikit pemanasan, sehingga air laut menguap, maka garam akan dapat diperoleh. 

Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. Dan bertakwalah kepada Allah Yang kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan.
Al Maidah : 96

Mudahnya mendapatkan garam menyebabkan garam mempunyai nilai ekonomis yang secara marjinal dikatagorikan bernilai nol. Hal ini disebabkan, garam tidak dibutuhkan dalam jumlah besar, tetapi ketidak-adaannya akan dapat merugikan, sehingga mau tak mau, garam harus selalu ada di pasaran, dan berapa pun harganya akan tetap dibeli oleh masyarakat. Memang si asin yang sangat bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar